Sie Kerohanian Islam (SKI) SMA N 1 PURI Mojokerto


Anda tentu pernah mendengar celotehan kaum liberal bahwa ayat Hudud (cambuk, potong tangan dll), ayat Qisas, ayat Jilbab, ayat kawin beda agama, ayat kewarisan, dan sejenisnya adalah ayat yang bersifat partikular tidak universal dan kekal. Ayat-ayat itu berlaku tentatif dan temporer karena hanya cocok dengan kondisi bangsa Arab abad ke-7 M, dan kini sudah irrelevan dan ahistoris. (Lihat buku Metodologi Studi Al-Qur'an Ulil Cs, hlm.136)

Selain metode kontekstualisasi dalam penafsiran, kaum liberal kerap menyebut istilah maqashid syariah, 'yang penting kita ambil tujuannya (maqashid), substansinya dan nilai etisnya' karena inilah yang universal, bukan 'bentuk formal'nya karena ia berlaku temporer. Untuk membongkar kesalahan dan kesengajaan liberalis yang ingin merusak konsep asli maqashid syariah, maka hadirlah tulisan singkat ini, yang aslinya adalah pokok-pokok pikiran saat mendebat sdr. Abdul Moqsith Gozali saat diadakan acara bedah buku Metodologi Studi Al-Qur'an karya Ulil Cs di Gedung Pesantren Baytul Quran PSQ Jakarta.

A. Konsep Maqashid Syariah di Kalangan Sekuler-Liberal:

Saya coba memberikan highlights beberapa pandangan tokoh-tokoh liberal, yang telah dengan sengaja meliberalkan syariah Islam dengan dalih maqashid syariah lebih utama dari bentuk formal syariah. Karena maqashid -versi mereka- bersifat substansial dan bisa dikontekstualkan dengan situasi kontemporer, sehingga syariat Islam tidak kaku dan beku, mengikuti perkembangan sejarah dan sosio-budaya manusia.

Dr. Muhammad Abid Al-Jabiri:

حكم على علم الأصول منذ الشافعي الى الغزالي بأنه كان يطلب المعاني من الألفاظ (بنية العقل العربي ص47)
 
‘Abid Al-Jabiri menuding ushul fiqh Islam sejak dicetuskan di era Imam Syafi’I hingga Al-Ghazaly, selalu mencari makna dari redaksi lahiriah teks. (Binyat al-‘Aql al-‘Araby, hlm.47)

فجعلوا الاجتهاد اجتهادا في اللغة التي نزل عليها القرآن فكانت النتيجة أن شغلتهم المسائل اللغوية عن المقاصد الشرعية فعمقوا في العقل البياني وفي النظام المعرفي الذي يؤسس خاصيتين لازمتاه منذ البداية الأولى هي الانطلاق من الألفاظ الى المعاني ومن هنا أهمية اللفظ ووزنه في التفكير البياني والثانية هي الاهتمام بالجزئيات على حساب الكليات الاهتمام باللفظ و أصنافه على حساب مقاصد الشريعة (ص57)

Para ulama Islam memformat ijtihad hanya sebatas ijtihad di bidang bahasa Al-Al-Qur’an saja. Akibatnya mereka disibukkan oleh pengkajian bahasa daripada maqashid (tujuan-tujuan luhur) syari’ah. Mereka mendalami logika/nalar retoris dan system episteme yang melandasi 2 ciri khas berfikir:
1. Bertolak dari redaksi untuk menuju makna, sehingga teks/redaksi berperan besar sekali dalam corak berfikir bayani, dan
2. Fokus kepada hal-hal partikuralistik dan abai terhadap nilai-nilai universal, perhatian kepada lafaz dan jenis-jenisnya sehingga mengabaikan maqashid syariah. (Ibid, Hlm. 57)
Read More …