Sie Kerohanian Islam (SKI) SMA N 1 PURI Mojokerto

Ramadhan dan Etos Kerja
Ramadhan dan Etos Kerja
Abu Hamzah Ibn Qomari

Tidak seperti agama lain, Islam memberikan ruang yang luas bagi kerja yang produktif. Kristen misalnya, melihat kerja sebagai hukuman Tuhan yang ditimpakan kepada manusia karena adanya dosa turunan (original sin) yang dilakukan Adam. Kerja keras untuk hidup tidak dianjurkan karena sangat bertentangan dengan kepercayaan kepada Tuhan. Kondisi manusia ideal menurut pandangan orang-orang Hindu, adalah melakukan dis-asosiasi (pemutusan) hubungan dengan segala aktivitas sosial serta semua kenikmatan apapun dalam rangka mencapai kesatuan dengan Tuhan.

Sementar itu Islam bukan hanya memperbolehkan dan mendorong segala bentuk kerja yang produktif, namun menyatakan bahwa kerja itu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim, bahkan menjadikannnya sebagai suatu, identitas, dan kehormatan. Yang dimaksud dengan dengan kerja di sini adalah  amal saleh; yaitu setiap amal yang baik, produktif dan manfaat, baik di dunia maupun di dunia dan akhirat. Jadi bukan sembarang kerja, melainkan pekerjaan yang diizinkan, dicintai dan diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dari semua jenis kerja, bisnis dan dagang yang paling baik adalah suatu pekerjaan yang manfaatnya langgeng tak terputus, yaitu bekerja kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan upah dari Allah.


Kerja dunia yang halal:
  • Pekerjaan yang tidak mengandung unsur riba. (Renungkan QS.al-Baqarah 275-278; Ali Imran: 130; an-Nisa 161 ; ar-Rum: 39 )
  • Pekerjaan yang tidak mengandung unsur perjudian. (Renungkan QS. -Baqarah 219; al-Maidah:90-91)
  • Pekerjaan yang tidak unsur kebatilan dan kecurangan, tidak merugikan dan menganiaya orang lain. (Renungkan QS.al-A’raf : 33; al-Muthaffifin: 1-3)
  • Pekerjaan yang tidak melalaikan dari Allah dan tujuan hidup. (Renungkan QS. At-Taubah: 24).
  • Pekerjaan yang tidak mengandung unsur yang  dilarang dan diharamkan oleh Allah. (Renungkan QS.al-Khasyr : 7)
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

« إِنَّ اللهَ فَرَضَ فَرَائِضَ فَلاَ تُضَيِّعُوْهَا وَحَدَّ حُدُوْدًا فَلاَ تَعْتَدُّوْهَا وَحَرَّمَ حُرُمَاتٍ فَلاَ تَنْتَهِكُوْهَا وَسَكَتَ عَنْ أَشْيَاء رَحْمَةً لَكُمْ غَيْرَ نِسْيَانٍ فَلاَ تَبْحَثُوا عَنْهَا »
“Sesungguhnya Allah telah  mewajibkan kewajiban-kewajiban maka jangan kamu sia-siakan, telah menetapkan batas-batas( hukuman-hukuman) maka jangan kamu langgar, telah mengharamkan keharaman-keharaman maka jangan kamu rusak, dan telah mendiamkan banyak hal karena sayang, bukan karena lupa maka jangan kamu cari-cari.” (Dari Abu Tsa’labah, Dihasankan oleh Nawawi dan al-Albani, Lihat tahqiq al-Albani untuk kitab al-Iman karya Ibn Taimiyah, al-Maktab al-Islami, cet.1/1413, h. 44; Syarh al-Aqidah at-Thahawiyah 1/338, Riyadhus Shalihin no. 1841)”

Kerja akhirat yang shaleh

Yaitu mentaati Allah dan Rasul-Nya secara ikhlas;bertauhid dalam ibadah dan bertauhid dalam mutaba’ah.Allah berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (٢٩)

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi” (QS. Fathir: 29)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (١٠)تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (١١)يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (١٢)وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (١٣)
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga `Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.” (QS ash-Shaf: 10-13)

Pekerja yang rugi dan merugi

Yaitu orang yang bekerja hanya untuk dunia atau yang mengutamakan dunia atas akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ (١٦)

“Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.”(QS. Al-Baqarah: 16)

وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (١١)

“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki.”(al-Jum’ah: 11)

Pekerja yang untung

Yaitu orang yang bekerja untuk akhirat , menjadikan dunia sebagai sarana, kendaraan dan jembatan menuju akhirat, mengutamakan akhirat atas dunia:
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jum`at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.(QS al-Jum’ah:9-10)

فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ (٣٦)رِجَالٌ لا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالأبْصَارُ (٣٧)لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (٣٨)
“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. an-Nur: 36-38)

Bekerja di Musim pahala bulan Ramadhan

Ramadhan adalah bulan ibadah,dan bulan pahala; bulan al-Qur’an, bulan puasa, bulan qiyamul lail, bulan sedekah, bulan jihad, bulan kesabaran, bulan do’a, bulan I’tikaf, bulan muwasah (menyantuni orang lain, bulan dzikir, bulan rahmat, bulan ampunan dan pembebasan dari neraka.

Oleh karena itu diantara petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam bulan Ramadhan adalah:
  1. Memperbanyak amal kebajikan:
    Seperti menolong orang yang membutuhkan, bersedekah ada fakir miskin, menyamaikan kebaikan apapun keada orang yang mungkin kita hubungi. Amal-amal ini meskipun diperintah diluar puasa tetapi di bulan Ramadhan semakin dituntut.
    Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu berkata: Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam  manusia yang paling dermawan dengan kebaikan, dan paling dermawan adalah dalam bulan Ramadhan saat beliau menemui Jibril ‘Alaihi Sallam. Jibril menemuinya pada setiap malam di bulan Ramadhan hingga ramadhan usai, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyetorkan bacaan al-Qur’an kepadanya. Apabila beliau ditemui oleh Jibril maka beliau adalah orang yanglebih  pemurah dengan kebaikan dari pada angina yang diutus (dengan membawa rahmat) (HR. Bukhari, 1902)
    Ahmad (2042) menambahkan: “Beliau tidak diminta sesuatu melainkan pasti memberikannya”
    Dalam hadits Jabir Radhiallahu ‘Anhu, ia berkata: Tidak pernah Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diminta sesuatu lalu berkata : Tidak.”
    Sebagaian ahli ilmu berkata: “Yang dimaksud dengan angin diatas adalah angina pembawa rahmat yang diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menurunkan air hujan yang menjadi sebab  hidubnya tanah-tanah yang tandus  dan yang lainnya yang berarti kebaikan nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam  merambah semua orang baik yang papa maupun yang kaya , lebih banyak dari pada  rahmat yang muncul dari angin
  2. Bersungguh-sungguh dalam berbagai macam ibadah:
    Ibnul Qayyim dalam Zadul ma’ad (2/32) mengatakan: “Diantara petunjuknya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada bulan Ramadhan adalah memperbanyak ibadah….. Beliau menjadi  paling pemurah pada  bulan Ramadhan; beliau memprerbanyak sedekah, membaca al-Qur’an, shalat, dzikir, dan I’tikaf. Beliau mengkhususkan  Ramadhan dengan ibadah apa yang tidak beliau khususkan pada bulan-bulan lain.”
    Dan Ijtihad beliau pada sepuluh terakhir melebihi  ijtihadnya pada lmalam-malam lain. Pada malam-malam akhir itu beliau membangunkan istri-istrinya, mengikat pinggang dan bersemangat. (HR. Bukhari, 2024; Muslim, 1174, dari Aisyah)
Fatwa Syekh Abdullah ibn Sulaiman al-Mani’

Seorang pekerja bertanya kepada beliau: “Saya bekerja sebagai pilot dalam rute penerbangan yang panjang, dan terus menerus. Apakah boleh bagi saya untuk berbuka? Apakah kafarahnya? (S.A.M. Dammam)

Syekh menjawab: “Segala puji bagi Allah. Saya nasehatkan kepada bapak pilot ini agar menjadikan Ramadhan sebagai hari-hari istirahat, cuti dan libur, guna menfokuskan diri pada ibadah,; mendekat kepada Tuhannya dengan puasa dan  membaca Kitab Allah, jika hal itu memungkinkan. Karena Ini adalah bulan yang mulia, musim yang agung, tidak bisa digantikan dengan waktu yang lain. Dan tidaklah amal-amal shalih di dalamnya sama sengan amal-amal di waktu lain. Telah ada keterangan bahwa ibadah sunnah di dalamnya sama dengan ibadah wajib di luarnya, dan satu ibadah wajib di dalamnya menyamai 70 ibadah wajib diluarnya (Hadis Salman al-Farisi riwayat  Ibnu Khuzaimah :1887, al-Muhamili dalam al-Amali: 293; al-Ashbahani dalam at-Targhib: q/178 manuskrip, dengan sanad dhaif karena Ali ibn Zaid).

Jika penanya dapat mengamalkan nasehat ini maka dia telah meninggalkan sesuatu karena Allah, untuk mendapatkan keridhaan Allah, pasti Allah akan mengganti untuknya dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang akan dicarinya. “Barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah pasti Allah menggantinya dengan yang lebih baik”.

Jika terpaksa bekerja sebagai pilot pada rute yang jauhmeski bulan Ramadhan, maka hukumnya hokum musafir, dibolehkan baginya berbuka dan wajib mengqadha’ dihari lain dengan syarat tidak sampai kedatangan Ramadhan berikutnya. Jika ia melakukan itu maka ia berdosa dan wajib qadha’ serta kafarah (denda, tebusan) dari setiap harinya  memberi makan satu orang miskin. Adapun jika ia berbuka dalam safar kemudian mengqadha’nya di hari lain sebelum datangnya Ramadhan berikutnya maka tidak ada kafarah atasnya.” (Abdullah ibn Sulaiman al-Mani’, Majmu’ Fatawa wa Buhuts, 2/ 312-313, no. 600)

Pekerja dari Kasala Sudan bertanya: “Saya bekerja dalam pekerjaan yang berat sepanjang siang Ramadhan, dan saya tidak sanggup berpuasa dengannya, apa boleh saya berbuka? Lalu apa kafarahnya?

Jawab: “Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kami nasehatkan kepada penanya, jika tidak bisa menggabungkan antara  kerja dan dan puasa maka hendaklah meninggalkan kerja di bulan Ramadhan dan menfokuskan diri untuk ibadah dan amal shaleh, sebab Bulan Ramadhan adalah musim kebaikan dan karunia yang paling berharga; satu kewajiban di dalamnya sama dengan 70 kewajiban di luarnya, sedangkan sunnah di dalamnya sama dengan wajib di luarnya.

Adapun pertanyaan: apa mungkin berbuka supaya kuat bekerja? Maka saya katakan: Tidak seorangpun yang dianggap ilmunya dan luas fiqihnya menjadikan bekerja sebagai alasan untuk berbuka disiang Ramadhan. Dengan demikian maka tidak boleh berbuka dengan alasan kerja berat. Maka bilamana merasa berat harus segera istirahat dan berhenti untuk menyempurnakan Puasa..(Ibid, no. 593).

Disampaikan di perguruan al-Azhar Cilacap
29 Sya’ban1427/22 September 2006

(Majalah Qiblati Th. II ed. 2)
Diperbolehkan mengcopy artikel ini dengan syarat:
menjaga Amanah ilmiah dan mencantumkan link berikut:
Sumber: http://qiblati.com/ramadhan-dan-etos-kerja.html

Categories:

Leave a Reply

isikan dengan baik, sopan dan bijak.